PENA DAKWAH

sumber informasi dakwah untuk para muslim

Abu Dzar Al-Ghifari Tokoh Revolusioner yang Sederhana



Ia datang ke Makkah sambil terhuyung-huyung, namun sinar matanya bersinar bahagia. Memang, sulitnya perjalanan dan teriknya matahari yang menyengat tubuhnya cukup menyakitkan. Namun tujuan yang hendak dicapainya telah meringankan penderitaan dan meniupkan semangat kegembiraan. Ia memasuki kota dengan menyamar seolah-olah hendak melakukan thawaf mengelilingi berhala-berhala di sekitar Ka'bah, atau seolah-olah musafir yang tesesat dalam perjalanan, yang memerlukan istirahat dan menambah perbekalan. Padahal seandainya orang-orang Makkah tahu bahwa kedatangannya itu untuk menjumpai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan mendengarkan keterangan beliau, pastilah mereka akan membunuhnya.
Ia terus melangkah sambil memasang telinga, dan setiap didengarnya orang mengatakan tentang Rasulullah, ia pun mendekat dan menyimak dengan hati-hati. Sehingga dari cerita yang tersebar di sana-sini, diperolehnya petunjuk yang dapat mengarahkannya ke kediaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan mempertemukannya dengan beliau.
Pada suatu pagi, lelaki itu, Abu Dzar Al-Ghifari, pergi ke tempat tersebut. Didapatinya Rasulullah sedang duduk seorang diri. Ia mendekat kemudian menyapa, "Selamat pagi, wahai kawan sebangsa." "Wa alaikum salam, wahai sahabat," jawab Rasulullah. "Bacakanlah kepadaku hasil gubahan anda!" "Ia bukan syair hingga dapat digubah, tetapi Al-Qur'an yang mulia," kata Rasulullah, kemudian membacakan wahyu Allah subhanahu wa ta’ala.” Tak berselang lama, Abu Dzar berseru, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa engkau adalah hamba dan utusan-Nya." "Anda dari mana, kawan sebangsa?" tanya Rasulullah. "Dari Ghifar," jawabnya. Bibir Rasulullah menyunggingkan senyum dan wajahnya diliputi rasa kagum dan takjub. Abu Dzar juga tersenyum, karena ia mengetahui rasa terpendam di balik kekaguman Rasulullah setelah mendengar bahwa orang yang telah mengaku Islam di hadapannya secara terus terang itu adalah seorang laki-laki dari Ghifar.
Ghifar adalah suatu kabilah atau suku yang tidak ada taranya dalam soal menempuh jarak. Mereka jadi contoh perbandingan dalam melakukan perjalanan yang luar biasa. Malam yang kelam dan gelap gulita tak jadi soal bagi mereka. Dan celakalah orang yang kesasar atau jatuh ke tangan kaum Ghifar di waktu malam.
Rasulullah pun bersabda, "Sesungguhnya Allah memberi petunjuk kepada yang disukainya...". Benar, Allah menunjuki siapa saja yang Dia kehendaki. Abu Dzar adalah salah seorang yang dikehendaki-Nya memperoleh petunjuk, orang yang dipilih-Nya akan mendapat kebaikan. Ia termasuk orang yang pertama-tama masuk Islam. Urutannya di kalangan Muslimin adalah yang kelima atau keenam. Jadi ia telah memeluk agama itu di masa-masa awal, hingga keislamannya termasuk dalam barisan terdepan.
Lelaki yang bernama asli Jundub bin Junadah ini termasuk seorang radikal dan revolusioner. Telah menjadi watak dan tabiatnya menentang kebatilan di mana pun ia berada. Baru saja masuk Islam, ia sudah mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah. "Wahai Rasulullah, apa yang sebaiknya saya kerjakan menurut anda?" "Kembalilah kepada kaummu sampai ada perintahku nanti!" jawab Rasulullah."Demi Tuhan yang menguasai jiwaku," kata Abu Dzar, "Saya takkan kembali sebelum meneriakkan Islam di depan Ka'bah." Ia pun menuju menuju Haram dan menyerukan syahadat dengan suara lantang. Akibatnya, ia dipukuli dan disiksa oleh orang-orang musyrik yang tengah berkumpul di sana. Rasulullah kembali menyuruhnya pulang dan menemui keluarganya. Ia pun pulang ke Bani Ghifar dan mengajak sanak kerabatnya memeluk agama baru ini.
Ketika Rasulullah dan kaum Muslimin telah berhijrah ke Madinah dan menetap di sana, pada suatu hari, barisan panjang yang terdiri atas para pengendara dan pejalan kaki menuju pinggiran kota. Kalau bukan karena takbir yang mereka teriakkan dengan suara bergemuruh, tentulah yang melihat akan menyangka mereka adalah pasukan tentara musyrik yang akan menyerang kota. Begitu rombongan besar itu mendekat, lalu masuk ke dalam kota dan masuk ke Masjid Rasulullah, ternyata mereka tiada lain adalah kabilah Bani Ghifar. Semuanya telah masuk Islam tanpa kecuali; laki-laki, perempuan, orang tua, remaja dan anak-anak. Rasulullah semakin takjub dan kagum. Beliau bersabda, "Takkan pernah lagi dijumpai di bawah langit ini, orang yang lebih benar ucapannya dari Abu Dzar. Benar batinnya, benar juga lahirnya. Benar akidahnya, benar juga ucapannya."
Abu Dzar juga seorang sahabat yang terkenal akan kezuhudannya. Ia menjadi maha guru dalam seni menghindarkan diri dari godaan jabatan dan harta kekayaan. Abu Dzar wafat pada tahun 32 H di Rabadzah, pinggiran Madinah.

Maraji’ : Buku Sosok Para Sahabat Nabi, oleh DR.Abdurrahman Raf’at al-Basya, 2005.
REPUBLIKA.CO.ID

At-Taghyiir Slideshow

At-Taghyiir Slideshow: "TripAdvisor™ TripWow ★ At-Taghyiir Slideshow ★ to England. Stunning free travel slideshows on TripAdvisor"

Cake of UI

Berikut adalah kue2 yang ditampilkan pada kegiatan harber (hari bersama) pengurus UI, dari tiap2 departemen.












Itulah kreasi para akhawaat kita. anda tertarik? silahkan mencoba.

Zubair bin Awwan

Sirah edisi kali ini akan membicarakan seorang sahabat Assabiquunalawwaluun. Dia masuk Islam pada usianya yang masih muda, 15 tahun. Ya,sahabat itu bernama Zubair bin Awwam. Mari kita ikuti sirah sahabat yang satu ini.
Setiap kali nama Thalhah disebut, nama Zubair juga disebut. Dan setiap kali disebut nama Zubair, nama Thalhah pun pasti disebut.
Sewaktu Rasulullah SAW mempersaudarakan para sahabatnya di Makkah sebelum hijrah, beliau mempersaudarakan Thalhah dengan Zubair. Sudah sejak lama Nabi SAW bersabda tentang keduanya secara bersamaan, seperti sabda beliau, “Thalhah dan Zubair adalah tetanggaku di surga.”
Keduanya masih kerabat Rasulullah. Thalhah masih keturunan kakek buyut Rasulullah yang bernama Murrah bin Ka’ab, sedangkan Zubair masih keturunan kakek buyut Rasulullah yang bernama Qusai bin Kilab. Shafiyah, ibu Zaubair, juga bibi Rasulullah.
Ia ahli menunggang kuda dan memiliki keberanian, sejak kecil. Bahkan, ahli sejarah menyebutkan bahwa pedang pertama yang dihunuskan untuk membela Islam adalah pedang Zubair bin Awwam.
Di masa-masa awal, saat jumlah kaum muslimin masih sedikit dan masih bermarkas di rumah Arqam, terdengar berita bahwa Rasulullah terbunuh. Zubair langsung menghunus pedang lalu berkeliling kota Makkah laksana tiupan angin kencang, padahal usianya masih muda belia.Yang pertama kali dilakukannya adalah mengecek kebenaran berita tersebut. Seandainya berita itu benar, ia bertekad menggunakan pedangnya untuk memenggal semua kepala orang-orang kafir Quraisy atau ia sendiri yang gugur.
Di satu tempat, di bagian kota Makkah yang agak tinggi, ia bertemu Rasulullah. Rasulullah menanyakan maksudnya. Ia menceritakan berita yang ia dengar dan menceritakan tekadnya. Maka, beliau berdoa agar Zubair selalu diberi kebaikan dan pedangnya selalu diberi kemenangan.
Sekalipun Zubair seorang bangsawan terpandang, namun ia juga merasakan penyiksaan Quraisy. Orang yang disuruh menyiksanya adalah pamannya sendiri. Ia pernah diikat dan dibungkus tikar lalu diasapi hingga kesulitan bernapas. Di saat itulah sang paman berkata, “Larilah dari Tuhan Muhammad, akan kubebaskan kamu dari siksa ini.”
Meskipun masih muda belia, Zubair menjawab dengan tegas, “Tidak! Demi Allah, aku tidak akan kembali kepada kekafiran untuk selama-lamanya.”
Zubair ikut dalam perjalanan hijrah ke Habasyah dua kali. Kemudian ia kembali, untuk mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah, hingga tidak satu pun peperangan yang tidak ia ikuti. Banyaknya bekas luka pedang dan tombak di tubuhnya adalah bukti keberanian dan kepahlawanannya.
Di perang Yarmuk, Zubair memerankan satu pasukan tersendiri. Ketika banyak prajuritnya yang lari ketakutan melihat jumlah pasukan Romawi yang begitu banyak, ia berteriak, “Allaahu Akbar”, lalu menyerbu pasukan Romawi sendirian dengan pedangnya.
Ia sangat rindu untuk syahid. Ia berkata, “Thalhah bin Ubaidillah memberi nama anak-anaknya dengan nama nabi-nabi padahal tidak ada nabi setelah Muhammad SAW. Karena itu, aku memberi nama anak-anakku dengan nama para syuhada dengan harapan mereka syahid.”
Disebutkan dalam buku sejarah, “Zubair tidak pernah menjadi bupati atau gubernur. Tidak pernah menjadi petugas penarik pajak atau cukai. Ia tidak pernah menduduki jabatan kecuali sebagai pejuang perang membela agama Allah.”
Ia sangat percaya dengan kemampuannya di medan perang dan itulah kelebihannya. Meskipun pasukannya berjumlah 100 ribu prajurit, namun ia seakan-akan sendirian di arena pertempuran. Seakan-akan dia sendiri yang memikul tanggung jawab perang. Keteguhan hati di medan perang dan kecerdasannya dalam mengatur siasat perang adalah keistimewaannya.
Ia melihat gugurnya sang paman, yaitu Hamzah, di Perang Uhud, di Perang Uhud. Ia juga melihat bagaimana tubuh pamannya dicabik-cabik oleh pasukan kafir. Ia berdiri dekat jenazah sang paman. Gigi-giginya terdengar gemeretak dan genggaman pedangnya semakin erat. Hanya satu yang dipikirkannya, yaitu balas dendam. Akan tetapi, wahyu segera turun melarang kaum muslimin melakukan balas dendam.
Rasulullah sangat sayang kepada Zubair. Beliau bahkan pernah menyatakan kebanggaannya atas perjuangan Zubair. “Setiap nabi mempunyai pembela dan pembelaku adalah Zubair bin Awwam.” Bukan karena sebagai saudara sepupu dan suami dari Asma binti Abu Bakar yang bergelar “Dzatun Niqatain” (memiliki dua selendang), melainkan karena pengabdiannya yang luar biasa, keberaniannya yang tiada dua, kepemurahannya yang tidak terkira, dan pengorbanan diri serta hartanya untuk Allah, Tuhan alam semesta.

Sungguh tepat apa yang dikatakan Hasan bin Tsabit ketika melukiskan sifat-sifatnya.

Janjinya kepada Nabi selalu ia tepati Atas petunjuk Nabi ia berbakti
Dialah sang pembela sejati Kata dan perbuatannya bagai merpati
Di jalan Nabi, ia berjalan Bela kebenaran sebagai tujuan
Jika api peperangan sudah menyala Dialah penunggang kuda tiada dua
Dialah pejuang tak kenal menyerah Dengan Rasul, masih keluarga
Terhadap Islam, selalu membela
Pedangnya selalu siaga Kala Rasul dihadang bahaya
Dan Allah tidak ingkar pada janji-Nya Memberi pahala tiada terkira

***
Di perang Jamal, seperti yang tersebut dalam kisah Thalhah, perjalanan hidup Zubair berakhir. Setelah ia mengetahui duduk permasalahannya, lalu meninggalkan peperangan, ia dikuntit oleh sejumlah orang yang menginginkan perang tetap berkecamuk. Ketika Zubair sedang melaksanakan shalat, mereka menikam Zubair.
Ketika pedang Zubair ditunjukkan kepada Ali, ia menciumnya. Lalu ia menangis dan berkata, “Demi Allah, sekian lama pedang ini melindungi Nabi dari marabahaya.”
Adakah kata yang lebih indah dari kata-kata Khalifah Ali untuk melepas kepergian Zubair?
Salam sejahtera untukmu, wahai Zubair, di alam kematian.
Beribu salam sejahtera untukmu, wahai pembela Rasulullah. [sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW]

Opini tentang penyakit hati

“ Seorang akhwat bisa saja terkena sifat ujub. Sifat ujub bisa muncul karena kedekatannya dengan Allah kurang. Dia akan selalu merasa lebih dari yang lain. Solusinya ya…, dekat-dekat dengan Allah donk. Intinya ikhlas aja deh.” (Nurul, pengurus KA SCMM BEM FMIPA UNM
“ Terkadang kita mendekati saudari kita ketika dia ada masalah, trus ketika tidak ada masalah, dicuekin. Nah, sikap kayak gini, bisa aja menimbulkan penyakit hati seperti su’udzan (berburuk sangka). Solusinya, ukhuwah perlu dipererat lagi” (Syifa, pengurus KA SCMM BEM FMIPA UNM)
“ Penyakit hati bisa timbul karena niat yang salah, jadi solusinya ya kembali ke niat. Perbaiki niat sebelum beramal.” (Musfirah, Mahasiswi Matematika FMIPA UNM)

“ Penyakit hati timbul karena tidak ikhlas, jadi perbaiki niat kita. Ujian itu datangnya dari Allah, sebenarnya Allah mau memberi kita pahala lewat musibah itu, tapi karena ma’noko-noko (mengeluh), nggak jadi deh.” (Iva, pengurus FMUI UNM)

Jika hati mengiyakan bahwa persaudaraan itu ibaratkan satu tubuh, maka fisik tidak akan membuat salah satunya terluka. Dan jika hati mengiyakan bahwa keimanan itu ibaratkan pohon yang rindang, maka jangan biarkan engkau kehilangan salah satu unsure penyusunnya. Ukhtiku yang kucintai karena Allah, persaudaraan denganmu kuharapkan untuk menjaga keimanan ini.

Hatiku


Beribu hal yang terkadang memiriskan hati
Kepekaan hatiku mengalahkan diriku
Banyak hal yang membuat hati ini untuk berpaling
Tapi apakah itu merupakan solusi

Kurasakan banyak yang amat tidak berkenang
Tapi ku tetap tegar
Berusaha menepis semua yang merisaukan hati
Menenangkan hati yang terkadang sedih
Karena ku yakin inilah yang terbaik

Ini adalah pilihan hidupku
Pilihan Allah yang ditujukan padaku
Kesyukurankupun menjadi tak terbatas
Mengharap keistikomahan dan janji Allah akan Syurganya
Ya… Robbi
Yang Maha membola-balikkan hati
Teguhkanlah jalanku diatas Dien_Mu


Created By_Sumayyah

Salam redaksi

Assalamu Alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Khaifa khaluk ukhtifillah ???
Kini kami kembali lagi dengan rubrik-rubrik yang pastinya lebih menarik lagi. Edisi ini merupakan edisi yang kedua yang akan memberikan info tentang “ Penyakit Hati”. Ternyata penyakit hati tidak hanya mewabah dikalangan orang awam, tetapi juga tidak dipungkiri sering menghampiri para aktifis, apalagi bagi kita yang hidup berjamaah dalam satu pandokan seperti di Sekret. Pasti sering terjadi perbedaan, TETAPI yang namanya orang yang sudah berilmu apalagi aktifis harus benar-benar mengaplikasikan ilmu yang sudah didapatkan. Nach semoga hal-hal yang didapatkan disini benar-benar bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan bisa menjadikan benteng bagi diri kita agar menjadi sosok akhwat yang Paling Lapang Dadanya. Amin………
(Banyak-banyak berdoa ukhtifillah dan Selamat Menyimak )